Menyambung Tali Silaturrahim

Ramadhan telah
berlalu, kaum muslimin menyambut hari kemenangan mereka di hari raya idul fitri
1437 H. sebagaimana kabiasaan masyarakat muslim Indonesia di hari raya adalah
saling mengunjungi kaum muslimin yang lainnya, baik keluarga, tetangga, kerabat
dan lainnya.
Perbuataan
ini merupakan salah satu cara untuk menyambung silaturrahim diantara mereka.
dimana merupakan kewajiban bagi seorang muslim untuk menyambung silaturrahim
tersebut.
Disebutkan
dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, dari Abu Ayyub al-Anshari
radhiallahu ‘anhu:
أَنَّ رَجُلًا قَالَ:
يَا رَسُوْلَ اللهِ أَخْبِرْنِي بِمَا يُدْخِلُنِي الجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ
النَّارِ فَقَالَ النَّبِيُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَقَدْ وُفِّقَ أَوْ
قَالَ لَقَدْ هُدِيَ كَيْفَ قُلْتَ فَأَعَادَهَا الرَجُلُ فَقَالَ النَّبِيُ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَعْبُدُ اللهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
وَتُقِيْمُ الصَلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَكَاةَ وَتَصِلَ ذَا رَحِمِكَ فَلَمَّا
أَدْبَرَ قَالَ النَّبِيُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا
أَمَرْتُهُ بِهِ دَخَلَ الجَنَّةَ
Bahwasanya
ada seseorang berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai
Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa memasukkan aku ke
dalam surga dan menjauhkanku dari neraka.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Sungguh dia telah diberi taufik,” atau “Sungguh telah
diberi hidayah, apa tadi yang engkau katakan?” Lalu orang itu pun mengulangi
perkataannya. Setelah itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun
menegakkan shalat, membayar zakat, dan engkau menyambung silaturahim”. Setelah
orang itu pergi, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika dia
melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi, pastilah dia masuk surga”.
Nabi menjamin
surga bagi seorang yang mengerjakan apa yang beliau perintahkan sebagaimana
hadits diatas, salah satunya adalah menyambung silaturrahim diantara kalian.
Tentu hal ini merupakan sesuatu yang sangat luar biasa bagi seorang muslim yang
Allah muliakan dia karena dia mengagungkan Allah. Tentulah amal ini merupakan
perbuatan yang mendatangkan kebaikan bagi pelakunya, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ
يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ
رَحِمَهُ
“Barangsiapa
yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan
umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim.” (Muttafaqun
‘alaihi).
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda
الرَحِمُ
مُعَلَّقَةٌ بِالعَرْشِ تَقُوْلُ مَنْ وَصَلَنِيْ وَصَلَهُ اللهُ وَمَنْ
قَطَعَنِيْ قَطَعَهُ اللهُ
Ar-rahim itu
tergantung di Arsy. Ia berkata, ‘Barangsiapa yang menyambungku, maka Allah akan
menyambungnya. Dan barangsiapa yang memutusku, maka Allah akan memutus hubungan
dengannya’. (Muttafaqun ‘alaihi)
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ
الوَاصِلُ بِالمُكَافِئِ وَلَكِنْ الوَاصِلُ الَّذِيْ إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ
وَصَلَهَا
“Orang yang
menyambung silaturahmi itu, bukanlah yang menyambung hubungan yang sudah
terjalin, akan tetapi orang yang menyambung silaturahim ialah orang yang
menjalin kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus.” (Muttafaqun
‘alaihi).
Diriwayatkan,
telah datang seorang lelaki kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
dan berkata,
يَا رَسُوْلَ اللهِ
إِنَّ لِيْ قَرَابَةً أَصِلُهُمْ وَيَقْطَعُوْنِي وَأُحْسِنُ إِلَيْهِمْ
وَيَسِيْئُوْنَ إِلَيَّ وَأَحْلُمُ عَنْهُمْ وَيَجْهَلُوْنَ عَلَيَّ فَقَالَ
لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمْ المَلَّ وَلَا يَزَالُ
مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيْرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ
“Wahai
Rasulullah, aku mempunyai kerabat. Aku menyambung hubungan dengan mereka, akan
tetapi mereka memutuskanku. Aku berbuat baik kepada mereka, akan tetapi mereka
berbuat buruk terhadapku. Aku berlemah lembut kepada mereka, akan tetapi mereka
kasar terhadapku.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila engkau benar demikian, maka seakan engkau menyuapi mereka pasir panas,
dan Allah akan senantiasa tetap menjadi penolongmu selama engkau berbuat
demikian.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Adapaun ancaman
Allah terhadap orang-orang yang memutuskan hubungan silaturrahim adalah sebagaimana
yang Allah sebutkan di dalam Al-Qur`an, Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ
تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰ أَبْصَارَهُمْ
“Maka apakah
kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati
Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.”
(QS. Muhammad: 22-23).
Begitu pula
firman Allah Ta’ala,
وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ
عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ
أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۙ أُولَٰئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ
وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
“Orang-orang
yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa
yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi,
orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang
buruk (Jahannam).” (QS. Ar-Ra’d: 25)
Dari Jubair
bin Muth’im radhiallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
لَا يَدْخُلُ الجَنَّةَ
قَاطِعٌ
“Tidaklah
masuk surga orang yang suka memutus (tali silaturahim).” (Muttafaqun ‘alaihi).
Memutus tali
silaturahim yang paling besar yaitu memutus hubungan dengan orang tua, kemudian
dengan kerabat terdekat, dan kerabat terdekat selanjutnya. Oleh karena itu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ
بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ
الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ
Apakah kalian
mau aku beritahu dosa besar yang paling besar?” Beliau menyatakannya tiga kali.
Mereka menjawab: “Mau, wahai Rasulullah”. Maka Beliau bersabda: “Menyekutukan
Allah, durhaka kepada kedua orangtua”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Demikianlah,
betapa beasr dosa seseorang yang durhaka kepada orang tua. Dosa itu disebutkan
setelah dosa syirik kepada Allah Ta’ala. Termasuk perbuatan durhaka
kepada kedua orang tua, yaitu tidak mau berbuat baik kepada keduanya. Lebih
parah lagi jika disertai dengan menyakiti dan memusuhi keduanya, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Dalam
Shaihain, dari Abdullah bin Amr radhiallahu ‘anhuma, sesungguhnya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مِنْ الْكَبَائِرِ
شَتْمُ الرَّجُلِ وَالِدَيْهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَهَلْ يَشْتِمُ
الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قَالَ نَعَمْ يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ
وَيَسُبُّ أُمَّهُ فَيَسُبُّ أُمَّهُ
Di antara
dosa besar adalah seorang laki-laki mencela kedua orang tuanya.” Para sahabat
bertanya, “Wahai Rasulullah, ‘Apakah (mungkin) seorang laki-laki mencela orang
tuanya? ‘ Beliau menjawab: “Ya. Dia mencela bapak seseorang lalu orang tersebut
(membalas) mencela bapaknya, lalu dia mencela ibunya, lalu orang tersebut
(membalas) mencela ibunya.”
(Muttafaqun ‘alaihi)
Komentar
Posting Komentar
Silahkan sampaikan yang ingin anda sampaikan ^_^
Share jika bermanfaat ^^